Kamis, 07 November 2013

Pemanfaatan Teknologi Dalam EHB Berbicara mengenai masa depan evaluasi hasil belajar

PTJJ tidak bisa terlepas dari pembahasan mengenai teknologi.
Agar dapat menyelenggarakan EHB yang efektif dan efisien maka UT sebagai institusi PTJJ harus memanfaatkan teknologi yang tepat guna. Teknologi yang digunakan sekarang ini untuk menunjang pelaksanaan EHB di UT masih terbatas pada penggunaan scanner dan LAN, Berikut akan dibahas teknologi yang tersedia dan yang mungkin dimanfaatkan untuk setiap kegiatan EHB di UT.• Pengembangan Soal UjianPengembangan soal ujian di UT masih dilakukan secara konvensional dimana dilakukan pelatihan pembekalan keterampilan penulisan kisi-kisi dan soal bagi para penulis secara tatap muka. Kegiatan pembekalan ini memerlukan waktu dan sumber dana yang tidak sedikit terutama jika dilakukan di tempat yang tersebar dan lokasinya jauh dari kantor UT pusat.

Setelah kisi-kisi dan soal selesai ditulis maka perlu dilakukan penjemputan bahan ujian tadi ke tempat para penulis. Sistem pengembangan soal seperti ini menyebabkan institusi PTJJ seperti UT tidak mudah untuk memperbaharui bahan ajarnya karena akan berdampak kepada ujian yang memerlukan waktu pengembangan yang cukup lama. Agar kegiatan pengembangan ini menjadi lebih singkat dan tidak menyita sumber daya yang terlalu banyak, bisa dimanfaatkan teknologi yang sederhana seperti penggunaan video untuk pembekalan para penulis soal.

Teknologi jaringan juga dapat dimanfaatkara dimana para penulis dapat mengakses website seperti PAU-Online yang salah satu materi pelatihan adalah membuat soal ujian. Para penulis dan penelaah pun dapat saling berkomunikasi dengan menggunakan fasilitas chatting di internet. Jika suatu saat nanti infrastuktur jaringan yang ada di UT memadai, maka dapat dibuat sistem pengembangan soal secara remote, di mana para penulis soal dapat mengakses fasilitas jaringan yang memungkinkan mereka menulis soal secara on-line. Tentu harus dipikirkan bagaimana menjaga keamanan sehingga tidak bisa ditembus oleh pihak yang tidak berkepentingan.

• Penyiapan Bahan UjianPenyiapan bahan ujian di UT memanfaatan teknologi LAN yang tersedia di Pusjian. Dengan satu server dan lebih kurang sepuluh terminal serta tiga printer laser, UT mempersiapkan bahan ujian untuk ribuan mahasiswa setiap semester. Oleh karena sistem pendidikan yang terbuka, rnaka UT harus rnenyiapkan naskah ujian untuk semua matakuliah yang ada. Dengan teknologi yang ada sekarang maka proses pengetikan, editing, dan penggadaan bahan ujian ini memerlukan waktu kurang lebih tiga bulan. Kegiatan ini cukup menyita waktu staf UT sehingga upaya peningkatan kualitas komponen yang lain seperti bahan ajar dan layanan bantuan belajar menjadi agak lambat.
Untuk mengatasi hal ini maka perlu dimanfaatkan teknologi komputer dalam membuat dan mengelola bahan ujian (Boekkooi-Timingga, 1989) yang dikenal sebagai Bank Soal Terkomputersasi. Pengelolaan soal ujian melalui Bank Soal ini menuntut tersedianya kumpulan soal yang sudah teruji kualitasnya. Sejak tahun 2000, UT telah mengembangkan sistem Bank Soal yang mencakup prosedur penyimpanan soal, pengkalibrasian soal, dan perakitan naskah ujian (lihat lampiran 1 dan 2). Di beberapa institusi lain seperti CITO di Belanda, sistem Bank Soalnya mencakup sampai proses pengadministsasian; penilaian; bahkan pelaporan nilai ujian (Van Theil & Zwarts, 1985).

Bank Soal UT menggunakan teknologi LAN dengan satu server dan 20 terminal, didukung oleh empat printer dan dua scanner (pada saat operasional 2005). Dengan adanya Bank Soal ini penyiapan bahan ujian setiap semester dapat dilakukan dalam waktu yang relatif cepat. Keamanan soal juga lebih baik karena akses kepada Bank Soal dibatasi dan beberapa naskah ujian paralel dapat dihasilkan sehingga akan dimungkinkan untuk memberikan soal ujian yang berbeda namun setara dalarn satu lokasi ujian.


Penggandaan bahan ujian masih mengandalkan teknologi mesin cetak yang masih sederhana. Sekarang UT sedang mempertimbangkan kemungkinan pengiriman master naskah ujian lewat teknologi jaringan sehingga penggandaan naskah menjadi tanggung jawab UPBJJ di di daerah. Dengan demikian dapat dikurangi waktu dan tenaga yang dibutuhkan untuk penggandaan naskah ujian ini di UT Pusat.

• Pelaksanaan UjianPelaksanaan ujian UT masih dilakukan dengan paper and pencil di lokasi yang telah ditentukan secara tatap muka, sama seperti yang dilakukan oleh institusi pendidikan konvensional. Dengan sistem yang seperti ini prinsip keterbukaan dari PTJJ agak dibatasi karena mahasiswa harus mengikuti jadwal ujian. Semua peserta ujian juga diberikan soal yang sama tanpa memperhatikan tingkat kemampuan mereka, di suatu lokasi tertentu, dan waktu yang sama. Berbagai bentuk pelanggaran ujian terjadi sebagai akibat dari kurangnya pengawasan dan soal yang seragam ini.

Untuk itu perlu dipikirkan pemanfaatan teknologi yang dapat mengurangi peluang terjadinya distorsi nilai, dan meningkatkan kualitas ujian. Dengan perkembangan dalam teori pengukuran dan evaluasi serta perkembangan teknologi informasi dan komunikasi maka dimungkinkan untuk menyelenggarakan ujian dengan komputer yang dikenal dengan istilah computer-based testing (CBT). Ada dua macam CBT, yaitu linear test dan adaptive test. Linear CBT terdiri atas seperangkat soal, dari yang termudah sampai yang tersukar. tanpa memperhatikan kemampuan peserta tes. Sedangkan adaptive adalah tes di mana komputer mampu memberikan soal-soal yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta tes.
Soal-soal dipilih dari sejumlah besar soal (item pool) yang dikategorisasikan sesuai materi dan tingkat kesukarannya. Oleh karena itu, jumlah soal dalam CBT biasanya lebih sedikit dari pada tes linear, tetapi cukup dapat memberikan informasi kepada institusi dan peserta tes. Soal yang diperlukan pada adaptive CBT lebih sedikit karena komputer dapat memilihkan soal-soal yang tingkat kesukarannya sesuai tingkat kemampuan peserta tes, berdasarkan jawaban-jawaban terhadap soal sebelumnya. Artinya peserta tes mendapatkan lebih sedikit soal yang tidak terlalu mudah ataupun terlalu sukar. Dengan demikian, tes diharapkan cukup menantang untuk setiap individu.

Adaptive CBT atau computerized aduptive testing (CAT) dirancang untuk setiap individu peserta tes (Wiener, 1990). Peserta tes akan diberi satu set soal yang memenuhi spesifikasi rancangan tes (kisi-kisi) dan biasanya sesuai dengan tingkat kemampuan setiap individu. Tes dimulai dengan soal-soal yang tidak terlalu sukar. Setiap peserta tes menjawab soal,-komputer akao memberikan skor. Jawaban terhadap soal tersebut akan menentukan soal yang akan ditampilkan oleh komputer selanjutnya.

Setiap menjawab soal dengan benar, peserta tes akan diberi soal yang lebih sukar. Sebaliknya, bila menjawab salah, komputer akan memilihkan soal yang febih mudah. Urutan soal disajikan tergantung pada jawaban terhadap soal-soal sebetutnnya dan pada kisi-kisi tes. Dengan kata lain, komputer diprogram untuk memberikan soal yang sesuai dengan kisi-kisi tes, sekaligus secara terus menerus mencari soal-soal yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat kemampuan peserta ujian. Dalam hal ini peserta ujian harus menjawab semua soal.
UT dengan adanya sistem bank soal terkomputerisasi sedang menjajaki penerapan tes online yang bersifat adaptive test (tes adaptif). Untuk mendukung aplikasi tes online diperlukan infrastruktur yang mapan di tempat-tempat ujian, termasuk penyusunan rambu-rambu pengawasan ujian. Tes adaptif mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:• Tes dapat diadministrasikan pada saat siswa merasa siap menempuh ujian;• Tes dapat dilaksanakan sepanjang tahun di banyak lokasi sekaligus;• Tes dilaksanakan di tempat ujian yang nyaman, yang privasinya lebih terjaga, dan diletagkapi komputer;• Peserta tes lebih sedikit dalam satu kesempatan;• Skor sementara (Unofficial scores) langsung ditampilkan setelah tes berakhir, kecuali untuk tes uraian;• Nilai resmi (official scores) dapat diumumkan secara lebih cepat;• Tes dapat disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa;• Soal yang dibutuhkan lebih sedikit; dan• Keamanan tes dapat ditingkatkan.

• Pemrosesan Hasil UjianProses penilaian (scoring) dengan menggunakan teknologi elektronik sudah banyak digunakan di dunia pendidikan. Untuk itu diperlukan mesin scanner dan lembar jawaban ujian (LJU), yang khusus didesain untuk scanner tersebut. Peserta ujian menjawab ujian dengan cara menghitamkan huruf-huruf atau kode-kode yang tersedia dalam LJU, dengan menggunakan pensil khusus. Setelah mesin scanner membaca LJU, kumputer secara otomatis akan melakukan scoring dan grading. Untuk tes adaptif, proses scoring merupakan bagian dari rancangan tes (ETS, 2002).

Peserta tes secara otomatis akan mengetahui skor yang telah diperolehnya. Skor yang diberikan tergantung pada jumlah soal yang dijawab dan jawaban terhadap soal yang diberikan. Soal yang diberikan oleh kumputer akan mencerminkan keberhasilan dalam menjawab soal sebelumnya dari kisi-kisi tes. Kisi-kisi tes meliputi:• tingkat kesulitan soal yang diberikan;• tipe soal yang diberikan; dan• cakupan materi tes yang sesuai.Soal yang pertama diberikan merupakan soal yang tidak terlalu sulit.
Benar tidaknya jawaban terhadap soal tersebut dan soal-soal berikutnya menentukan apakah selanjutnya peserta tes akan diberi soal-soal yang lebih mudah atau lebih sukar. Dengan demikian, peserta tes akan rnendapatkan skor-skor yang mencerminkan kebenaran jawaban terhadap setiap soal dan tingkat kesulitan setiap soal.

Bila ada dua peserta tes yang mempunyai jumlah jawaban benar yang sama, peserta tes yang merrjawab soal-soal yang lebih sulit akan mendapatkan skor yang lebih tinggi. Demikian juga, bila ada dua peserta tes mendapatkan dua set soal yang tingkat kesulitannya sama, peserta tes yang lebih cepat menjawab dan mempunyai jumlah jawaban soal benar lebih banyak akan mendapatkan skor yang lebih tinggi.
Pemrosesan hasil ujian di UT sebagian besar dilakukan dengan menggunakan komputer. Penggunaan komputer dalam proses penilaian diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih akurat secepat dan seekonomis mungkin, mengingat jumlah siswa UT yang mencapai puluhan ribu.
Setelah sampai di Pusat Pengujian, amplop hasil ujian diberi nomor batch (proses batching). Nomor batch tercatat dalam komputer. Penomoran hasil ujian ini berrnanfaat untuk mencari LJU secara mudah dan cepat bila dibutuhkan. LJU di-.scan dengan menggunakan optical .scanner. Setelah semua LJU di-scan, hasil scanning diload di komputer. Karena masih banyak siswa yang melakukan kesalahan dalam menghitamkan identitas pada LJU (nama, NIM, kode mata kuliah, tanggal lahir, kode naskah) maka Pusat Pengujian melakukan editing, Kegiatan ini bertujuan untuk memisahkan data siswa yang salah ke suatu file pada komputer, yang disebut file jawaban salah.
Selanjutnya dilakukan proses updating, yaitu memperbaiki data identitas yang salah, sesuai data pribadi dan data registrasi siswa yang tersimpan pada komputer. Kemudian dilakukan proses scoring untuk menghitung jumlah jawaban benar dari setiap siswa. untuk ujian uraian, pemberian skor dilakukan oleh staf akadernik di fakultas. Setelah skor setiap siswa diterima dari fakultas Pusat Pengujian melakukan key-in skor ke dalam komputer laporan hasil key-in skor akan diperiksa lagi oleh fakultas untuk keperluan verifikasi nilai.
Setelah proses scoring (baik untuk ujian objektif maupun ujian uraian), sebaran nilai huruf (grade) dicetak dalam beberapa kategori kelulusan, yang disebut laporan pragmade. Fakultas akan menentukan kategori kelulusan. Penentuan kategori kelulusan dilakukan untuk seluruh siswa, tanpa membedakan status demograti siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses penilaian siswa UT sangat terstandar. Proses selanjutnya adalah melakukan grading atau proses penilaian (dengan bantuan komputer) berdasarkan kategori kelulusan yang ditentukan oleh fakultas.

Proses grading diikuti oleh proses verifikasi nilai, untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan penilaian. Kemudian dilakukan pencetakan daftar nilai ujian (DNU), yang merupakan akhir dari proses pengolahan hasil ujian.
Perlu juga dijajaki penggunaan komputer dalam pemeriksaan ujian uraian karena sudah tersedia berbagai software yang dapat membaca tulisan tangan. Jika hal ini dawat dilakukan maka proses penilaian akan semakin cepat lagi karena yang sering menyebabkan nilai tertunda adalah pemeriksaan uraian yang terlambat.

• Pelaporan NilaiDi UT, laporan nilai per semester diberikan dalam bentuk daftar nilai ujian (DNU). Sedangkan laporan nilai keseluruhan selama siswa belum lulus disebut laporan Kemjuan Akademik Siswa (LKAM). DNU dicetak dengan menggunakan komputer, yang dapat dilakukan di Kantor UT Pusat maupun di setiap UPBJJ- Pencetakan DNU dapat diprograrn untuk setiap UPBJJ, setiap Program Studi, maupun setiap siswa. Bila diprograrn untuk satu UPBJJ, maka DNU untuk seluruh siswa di UPBJJ tersebut yang mengikuti ujian pada semester yang bersangkutan akan tercetak. DNU dikirimkan ke setiap siswa melalui jasa pos.
Sumber:
http://renggani.blogspot.com/2007/07/makalah-tentang-pemanfaatan-teknologi.html?m=1


Analisis:
Seiring berkembangnya tekhnologi di dunia, tekhlogi ini dapat digunakan di tiap-tiap sekolah karena dapat mempersingkat waktu dan keuntungannya, pada setiap layar hanya ditampilkan satu butir soal, sehingga peserta tes dapat berkonsentrasi untuk menjawab soal tersebut. Setelah menjawab soal, peserta ujian tidak akan dapat mengulang soal-soal sebelumnya dan mengganti jawabannya. Salah satu contoh institusi penyelenggara ujian yang telah memanfaatkan teknologi komputer adalah ETS (ETS, 2002) yang telah menyediakan ujian seperti ini untuk TOEFL, GRE dan GMAT. Peserta ujian yang tersebar di seluruh dunia dapat mengikuti ujian ini lewat teknologi jaringan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar